Senin, 27 April 2015

Mengenal Bahasa



Tidaklah salah jika kita mengenal bahasa. Dalam kehidupan, kita tidak pernah lepas dari yang  namanya bahasa. Bahasa selalu dibutuhkan oleh manusia saat melakukan intraksi antar sesama.  Boleh jadi, tanpa bahasa, kehidupan tidak akan pernah dapat terjalin.
Sedikit dijelaskan, bahasa merupakan alat komunikasi yang penting, karena berfungsi untuk meyampaikan perasaan, baik secara lisan maupun tulisan. Sesuai dengan yang dikatakan Prof. Dr. Gorys Keraf bahwa bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat yang berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kemudian, beberapa ahli bahasa seperti Gorys Keraf sendiri, Abdul Chaer, JD Parera, Hendry Guntur Tarigan, dan banyak lagi yang lainnya mengemukakan beberapa karakteristik bahasa, yaitu.

1. Oral
            Yang dimaksud dengan oral adalah bunyi. Ciri bahwa bahasa adalah bunyi adalah wajar mengingat kenyataan bahwa pengalaman berbahasa yang paling umum pada manusia adalah berbicara dan menyimak. Kehadiran bunyi bahasa lebih dahulu daripada kehadiran tulisan.
            Tulisan atau sistem tulisan hanyalah mampu mewakili sebagian dari isyarat penting yang terdapat dalam ucapan. Bahkan sistem tulisan bisa mewakili bunyi yang berbeda, baik dalam bahasa yang sama maupun dalam bahasa yang berbeda. Ada kecenderungan orang menganggap bunyi dan tulisan sebagai unsur pembeda bahasa, sehingga dipahami ada bahasa lisan dan ada bahasa tulis. Akan tetapi jika perbedaan seperti itu diberlakukan, haruslah dipahami pula bahwa bahasa lisan itu bersifat primer dan bahasa tulis bersifat sekunder. Orang dapat berbahasa tanpa mengenal tulisannya.

2. Sistematis
           
Kata sistem dapat kita artikan sebagai `cara` atau  `aturan`. Sebagai sebuah sistem, bahasa itu sekaligus bersifat sistematis dan sistemis. Yang dimaksud dengan sistematis adalah bahwa bahasa itu tersusun menurut suatu pola; tidak tersusun secara acak atau sembarangan. Sistemis adalah bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri juga dari sub-subsistem; atau sistem bawahan.
Perhatikan contoh berikut ini!
            Kami sedang belajar bahasa Indonesia.
Tidak dapat kita buat menjadi:
            Sedang belajar kami bahasa Indonesia.
            Bahasa Indonesia sedang belajar kami.
            Kami bahasa Indonesia sedang belajar.

3. Arbitrer
            Kata arbitrer bisa diartikan ´sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka`. Yang dimaksud dengan istilah arbitrer adalah tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut. Ciri arbitrer ini tampak pada hubungan antara lambang dan yang dilambangi dalam pengertian bahwa tidak ada hubungan langsung antara lambang dan yang dilambangi.
            Dalam bahasa Indonesia, kita mengenal kerbau sebagai sejenis `binatang memamah biak yang biasa diternakkan, rupanya seperti lembu tetapi besar, umumnya berbulu kelabu`. Dari definisi itu kita tidak dapat menjelaskan mengapa binatang tersebut dilambangkan dengan bunyi [kerbau]. Mengapa tidak dinamakan [bauker] atau [bakeru] atau lambang lainnya. Begitu juga dengan angin. Kita tidak dapat menjelaskan hubungan antara bunyi [angin] dengan benda yang dilambangkannya sebagai `udara yang bergerak`.

4. Konvensional
            Meskipun hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkannya bersifat arbitrer, tetapi penggunaan lambang tersebut bersifat konvensional. Bahasa itu dikatakan konvensional sebagai sifat kesepakatan bersama. Hal yang perlu dipahami adalah kenyataan bahwa kesepakatan itu bukanlah formal yang dinyatakan melalui musyawarah, sidang rapat, atau kongres, atau rapat raksasa untuk menentukan lambang tertentu.
            Walaupun peraturan tentang lambang itu tidak ada, namun setiap pemakai bahasa harus tunduk kepada kesepakatan atau konvensi itu. Disadari atau tidak, pemakai bahasa sudah melakukan itu. Kalau tidak dipatuhinya, dan menggantikannya dengan lambang yang lain, maka komunikasi akan terhambat. Bahasanya menjadi tidak bisa dipahami oleh penutur bahasa Indonesia lainnya dan berarti pula dia telah keluar dari konvensi itu.

5. Unik dan Universal
            Setiap bahasa memiliki ciri khasnya sendiri yang tidak terdapat pada bahasa lain. Unik artinya mempunyai ciri khas yang spesifik yang tidak dimiliki oleh bahasa yang lain. Ciri khas ini bisa menyangkut sistem bunyi, sistem pembentukan kata, sistem pembentukan kalimat, atau sistem-sistem yang lainnya. Bahasa Madura memiliki ciri khas dalam bahasanyanya yaitu pada bentuk pengulangan kata, misalnya lon-alon, nak-kanak, reng-oreng dan lain-lain.
            Selain bersifat unik, bahasa juga bersifat universal. Artinya, ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia ini. Misalnya, pada setiap bahasa terdapat unsur bunyi yang terpilah menjadi dua, yakni vokal dan konsonan. Bukti lain dari keuniversalan bahasa adalah bahwa setiap bahasa mempunyai satuan-satuan bahasa yang bermakna, entah satuan yang namanya kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Walau pembentukan satuan-satuan itu mungkin tidak sama, maka hal itu merupakan keunikan dari bahasa itu.

6. Beragam
            Setiap bahasa digunakan oleh sekelompok orang yang termasuk dalam suatu masyarakat bahasa. Yang termasuk dalam suatu masyarakat bahasa adalah mereka yang merasa menggunakan bahasa yang sama. Ragam bahasa bermacam-macam bergantung pada dasar klasifikasinya. Mengenai ragam bahasa ini, ada tiga istilah yang harus dipahami, yaitu idiolek, dialek, dan ragam.
            Idiolek ialah variasi atau ragam bahasa yang bersifat perseorangan. Setiap orang mempunyai ciri khas bahasanya masing-masing. Dialek ialah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu. Dialek dapat dibagi berdasarkan wilayah/daerah pemakaiannya dan dialek berdasarkan kelompok masyarakat pemakainya. Ragam ialah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi, keadaan, atau untuk keperluan tertentu.Untuk situasi formal digunakan ragam- ragam baku atau ragam standar; untuk situasi yang tidak formal digunakan ragam yang tidak baku atau ragam nonstandar. Dari sarana yang digunakan dapat dibedakan adanya ragam lisan dan ragam tulis.

7. Berkembang
            Perkembangan bahasa yang sangat mencolok pada saat ini terdapat pada unsur leksikon. Kata-kata seperti sempadan, dampak, kiat, dan senarai merupakan kata-kata yang menunjukkan perkembangan leksikon dalam bahasa Indonesia, walaupun di antara kata-kata itu dulu pernah ada pada bahasa Indonesia atau bahasa Melayu. Kata-kata yang tidak baru pun dapat dirunut berdasarkan historisnya sebagai kata-kata yang menunjukkan perkembangan suatu bahasa. Dalam bahasa Indonesia, misalnya, dapat diyakini bahwa kata-kata analisis, metode, konvensi, operasi, distribusi, konkret, dan lain-lain merupakan kata-kata yang berasal dari bahasa asing (bahasa Inggris atau bahasa Belanda). Dalam perkembangannya, unsur-unsur yang merupakan wujud perkembangan itu tidak lagi disadari oleh penuturnya. Kata data, misalnya, yang dari pola suku katanya sangat dekat atau sama dengan suku kata bahasa Indonesia, mungkin tidak lagi disadari sebagai unsur yang berasal dari bahasa asing jika penutur itu tidak mengerti bahasa Inggris atau bahasa Latin.

8. Produktif
            Bahasa dikatakan bersifat produktif  karena bahasa itu terus menerus menghasilkan. Artinya, meskipun unsur-unsur bahasa itu terbatas, tetapi dengan unsur-unsur yang terbatas itu dapat dibuat satuan-satuan bahasa yang jumlahnya tidak terbatas. Perhatikan contoh berikut ini!
            Dari fonem /a/,/p/,/s/,/u/ dapat menghasilkan satuan-.satuan:
            - /s/,/a/,/p/,/u/
            - /u/,/s/,/a/,/p/
            - /p/,/u/,/a/,/s/
            - /p/,/a/,/u/,/s/

9. Dinamis
            Bahasa merupakan fenomena sosial. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Kita tidak dapat memisahkan bahasa dari kebudayaan, sebab hubungan antara keduanya sangat erat karena keterikatan dan keterkaitan bahasa itu dengan manusia, sedangkan dalam kehidupannya di dalam masyarakat tidak tetap dan selalu berubah, maka bahasa itu juga menjadi ikut berubah, menjadi tidak tetap, dan menjadi tidak statis. Inilah yang kita sebut bahasa itu dinamis, artinya selalu mengalami perubahan. Perubahan itu terjadi pada semua tataran, baik fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, maupun leksikon.

10.  Bersifat Insani
            Bahasa dikatakan bersifat insani karena hanya manusialah yang memiliki bahasa. Bahasa merupakan suatu aspek perilaku yang bisa dipelajari hanya oleh manusia. Walaupun binatang juga menggunakan bahasa, namun binatang tidak dapat menggunakan lambang-lambang bahasa untuk menyatakan pikirannya. Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa bahasa dapat menumbuhkembangkan kemampuan manusia untuk berkomunikasi dan menempatkan peradabannya jauh di atas berbagai bentuk kehidupan makhluk yang lebih rendah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar